“Bunga Kertas” dari Jepang untuk Aceh
1 Juni 2012
Shinsai Mirai no Hana adalah lembar-lembar kelopak bunga yang terbuat dari kertas berwarna kuning dan di lembar tersebut dirangkai pesan dan harapan. Sebanyak 5.000 bunga masa depan itu (Shinsai Mirai no Hana) membanjiri lokasi peringatan tujuh tahun pasca tsunami Aceh.
Ratusan ribu warga Aceh kemarin larut dalam doa bersama, mengenang 7 tahun peristiwa tsunami yang menelan korban lebih dari 230 ribu jiwa. Mereka memusatkan ritual di mesjid-mesjid dan situs tsunami.
Peringatan itu diantaranya digelar di kuburan massal Ulee Lheu, Kecamatan Meuraksa, Lhok Nga serta di kuburan massal Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya. Di Siron, tak hanya di isi oleh umat muslim, umat kristiani dan Budha juga melakukan hal serupa dengan keyakinannya.
Doa bersama juga digelar pertapakan bekas kapal nelayan yang bertengger di atas rumah warga di Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Di sana, warga ikut membagi-bagikan buku kisah para korban tsunami yang selamat karena sempat naik ke kapal tersebut. Di sejumlah lokasi doa bersama, warga ikut memajang foto-foto koban dan keganasan tsunami Aceh, 26 Desember 2004.

Sebanyak 5.000 bunga kertas yang memiliki julukan bunga masa depan (Shinsai Mirai no Hana) ditanam di sejumlah titik yang menjadi lokasi peringatan tujuh tahun pasca tsunami Aceh.
Koordinator lembaga edukasi bencana Kobe-Jepang, Cotohana, Ryo Nishikawa di Banda Aceh, Minggu, mengatakan, penanaman bunga yang dilakukan dalam peringatan tujuh tahun tsunami merupakan bentuk simpati dan empati masyarakat Jepang kepada Aceh yang mengalami musibah tsunami. Penanaman bunga yang dilakukan dalam peringatan tujuh tahun tsunami merupakan bentuk simpati dan empati masyarakat Jepang kepada Aceh yang mengalami musibah tsunami.
Bunga-bunga kertas berwarna kuning ini berisi pesan dan harapan yang dituliskan oleh warga Jepang untuk masyarakat Aceh yang selamat dari humbalang tsunami tujuh tahun lalu.
"Di dalam lembar-lembar kembang kertas ini tertulis berbagai ungkapan perasaan dan harapan bagi masyarakat di Aceh, bahwa Aceh dan Jepang khususnya Kobe pernah mengalami hal yang sama, dan bunga adalah lambang harapan," jelas Nishikawa.
Shinsai Mirai no Hana adalah lembar-lembar kelopak bunga yang dibuat dari kertas berwarna kuning dan di lembar tersebut dirangkai pesan dan harapan.
"Kami sudah mengumpulkan 40 ribu pesan dari banyak orang untuk dipamerkan ke seluruh wilayah yang terkena bencana, dengan ini mudah-mudahan semua korban bencana bisa bangkit kembali dan hidup lebih baik," kata Nishikawa.

"Bunga-bunga kertas ini juga akan kami bawa ke kepulauan Mentawai, untuk memberi pengharapan kepada warga di Mentawai," ujar Nishikawa.
Shinsai Mirai no Hana sendiri dicetuskan di Propinsi Kobe, Jepang saat Jepang mengalami gempa besar Hansin dan Awaji 15 tahun yang lalu. "Bunga-bunga kertas ini juga akan kami bawa ke kepulauan Mentawai, untuk memberi pengharapan kepada warga di Mentawai," ujar Nishikawa.
Warga Jepang : Kami Belajar Banyak dari Aceh
Masyarakat Jepang menyampaikan terima kasih kepada Bangsa Indonesia. Pasalnya, peran warga Indonesia dalam membantu meringankan penderitaan korban gempa dan tsunami Jelang delapan bulan lalu, sangat besar.
Mereka juga menyampaikan rasa hormat kepada Indonesia, khususnya warga Aceh yang tak pernah menyerah dan bangkit pascatsunami. Apa yang dialami warga Aceh saat gempa dan tsunami tujuh tahun lalu, menjadi pelajaran berharga bagi warga Jepang.
“Kami menyampaikan rasa hormat kami dan terima kasih kepada Bangsa Indonesia,” kata Ketua tim delegasi dari rakyat Jepang yang menghadiri upacara peringatan tujuh tahun tsunami Aceh, Takhashiro Ito, Senin (26/12/2011).
Kegiatan berlangsung di Lapangan Golf Lhok Nga, Aceh Besar itu, selain dihadiri ribuan warga Aceh, juga hadir 40 guru dan pelajar dari Jepang.
Takhashiro merupakan seorang guru di Kesennuma, sebuah kota pelabuhan di Jepang yang disapu tsunami. Dia menuturkan, seperti halnya Indonesia, Jepang juga diterjang tsunami dahsyat delapan bulan silam.
“Banyak korban jiwa dan harta benda. Kami melihat sendiri bagaimana air menerjang, gelombang hitam menelan mobil-mobil di jalan-jalan,” tuturnya.
Kota itu juga banyak dihuni warga Indonesia yang bekerja di kapal. Saat tsunami, kata Takhashiro, pemuda-pemuda asal Indonesia yang terkenal ramah paling sigap dalam membantu mengevakuasi korban.
sumber: http://www.atjehcyber.net/2011/12/bunga-kertas-dari-jepang-untuk-aceh.html
Masyarakat Jepang menyampaikan terima kasih kepada Bangsa Indonesia. Pasalnya, peran warga Indonesia dalam membantu meringankan penderitaan korban gempa dan tsunami Jelang delapan bulan lalu, sangat besar.
Mereka juga menyampaikan rasa hormat kepada Indonesia, khususnya warga Aceh yang tak pernah menyerah dan bangkit pascatsunami. Apa yang dialami warga Aceh saat gempa dan tsunami tujuh tahun lalu, menjadi pelajaran berharga bagi warga Jepang.
“Kami menyampaikan rasa hormat kami dan terima kasih kepada Bangsa Indonesia,” kata Ketua tim delegasi dari rakyat Jepang yang menghadiri upacara peringatan tujuh tahun tsunami Aceh, Takhashiro Ito, Senin (26/12/2011).
Kegiatan berlangsung di Lapangan Golf Lhok Nga, Aceh Besar itu, selain dihadiri ribuan warga Aceh, juga hadir 40 guru dan pelajar dari Jepang.
Takhashiro merupakan seorang guru di Kesennuma, sebuah kota pelabuhan di Jepang yang disapu tsunami. Dia menuturkan, seperti halnya Indonesia, Jepang juga diterjang tsunami dahsyat delapan bulan silam.

Kota itu juga banyak dihuni warga Indonesia yang bekerja di kapal. Saat tsunami, kata Takhashiro, pemuda-pemuda asal Indonesia yang terkenal ramah paling sigap dalam membantu mengevakuasi korban.
“Kapal mereka tidak bisa berlayar, pemuda-pemuda Indonesia memilih menjadi relawan. Mereka rela berkorban dan bekerja keras untuk membantu para korban tsunami. Mereka ikut membantu menyalurkan bantuan untuk para korban dan ketika kami memberikan mereka selimut, mereka bilang ‘terima kasih’, beri untuk yang lain saja,” tutur Takhashiro.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Indonesia, pemuda-pemuda Indonesia sudah bekerja sangat keras untuk Jepang,” lanjutnya.
Meski Jepang tak menerima bantuan dari negara mana pun usai tsunami, namun bangsa Jepang mengaku sangat berterima kasih atas simpati yang diberikan dunia, khususnya dari Indonesia dan Aceh atas musibah itu.
Bangsa Jepang, kata Takhashiro, banyak belajar dari Indonesia terutama Aceh untuk bangkit dari terpaan tsunami. Aceh dinilai berhasil bangkit dari bencana maha dahsyat yang menerjang pesisir Samudera Hindia pada 26 Desember 2004.
Kedua negara diakui memiliki kesamaan secara geologi yakni rawan dilanda gempa juga tsunami. Takhashiro mengatakan, Jepang dan Indonesia akan bisa mencapai masa depan yang indah dengan saling bergandeng tangan dalam pembangunan dan pendidikan.
“Melalui pendidikan segela masalah bisa diselesaikan,” ujar Takhashiro.
sumber: http://www.atjehcyber.net/2011/12/bunga-kertas-dari-jepang-untuk-aceh.html