Kisah Inong Balee Laksamana Malahayati, Janda Pejuang Aceh Yang Menumpas Cornelis de Houtman

Aceh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan pejuang wanita hebat. Mulai dari Cut Nyak Dien, Sulthanah Syafiatuddin, hingga Cut Muetia yang menjadi pahlawan di Serambi Mekah.

Namun, ada satu lagi pahlawan wanita asal Aceh, yaitu Laksamana Malahayati. Ia merupakan salah satu pejuang wanita dari Kesultanan Aceh dan merupakan tokoh yang mewakili Inong Balee.

Inong Balee, atau merupakan janda seorang prajurit Aceh, menjadi ikon perlawanan perempuan terhadap Belanda pada abad IXX.

Janda pendekar ini juga dikisahkan sebagai simbol kekuatan militer, politik, dan budaya. Seperti yang terjadi pada abad XVI, simbol-simbol militer dan politik diwujudkan dalam aksi perlawanan dan diplomasi melawan Portugis.


Laksamana Keumalahayati adalah putri Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M.

Sedangkan Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.

Keumalahayati lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Semasa kecil dan remaja, ia mengenyam pendidikan istana. Keumalahayati masih berhubungan dengan Sultan Aceh.

Ayah dan kakeknya bertugas di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut. Di situlah semangat bahari Keumalahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis.

Pada tahun 1585–1604, ia menjabat sebagai Kepala Pengawal Istana, Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintahan dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Keumalahayati memimpin 2.000 pasukan Inong Balee untuk berperang melawan kapal dan benteng Belanda pada 11 September 1599 dan membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Dalam buku Laksamana Malahayati: Wanita Keumala karya Endang Moerdopo disebutkan bahwa Malahayati menjadi Panglima Angkatan Bersenjata kerajaan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Al Mukammil (1589-1604). Pangkat ini didapat karena ia berhasil memimpin pasukan wanita, Inong Balee.

Ino Balee terbentuk dari ide Malahayati. Tentara yang terdiri dari wanita janda dibentuk dengan tujuan agar para janda dapat membalas kematian suaminya. Inong Balee bukan tim kaleng-kaleng. Mereka juga memiliki benteng.

Diketahui dari sisa-sisa pangkalan Inong Balee yang masih berada di Teluk Kreung Raya. John Davis, seorang berkebangsaan Inggris, kapten kapal Belanda yang mengunjungi Kerajaan Aceh pada masa Malahayati sebagai Laksamana, melaporkan bahwa kerajaan Aceh pada waktu itu memiliki armada angkatan laut yang terdiri dari 100 kapal perang, beberapa di antaranya berkapasitas 400 unit. -500 penumpang.

Saat itu, Kerajaan Aceh memiliki tentara yang kuat. Selain memiliki armada laut, di darat terdapat pasukan gajah. Kapal-kapal tersebut bahkan ditempatkan di wilayah Aceh di berbagai tempat. Kekuatan Keumalahayati diuji pertama kali saat terjadi kontak senjata antara Aceh dan Belanda.

Saat itu, 21 Juni 1599, dua kapal VOC yang dipimpin oleh dua bersaudara Coernelis de Houtman dan Federick de Houtman berlabuh dengan tenang di Aceh. Laksamana Keumalahayati menyerang kedua kapal tersebut. Dalam serangan itu, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya tewas. Sementara itu, Federick de Houtman ditawan dan dipenjarakan karena ketangguhan Kerajaan Aceh.

Serangan itu tentu saja mengejutkan orang-orang Eropa dan terutama Belanda. Hal ini juga menunjukkan wibawa Laksamana Keumalahayati, ketika Pengadilan Amsterdam memvonis van Caerden dengan denda sebesar 50.000 gulden yang harus dibayarkan ke Aceh.

Jumlah uang itu sebenarnya dibayarkan kepada mereka yang berhak. Denda tersebut merupakan buntut dari perbuatan Paulus van Caerden ketika datang ke Aceh menggunakan dua kapal, menenggelamkan kapal dagang Aceh dan menyita muatan ladanya, lalu meninggalkan Aceh.

sumber : https://aceh.inews.id/berita/kisah-inong-balee-pejuang-janda-aceh-ikon-perlawan-perempuan-saat-lawan-belanda/3

Maverick Unemployed, but i am happy

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel