5 Tarian Aceh Warisan Tak Benda Indonesia ! Nomor 3 Diperkenalkan Syekh Untuk Dakwah

Tarian tradisional Aceh cukup terkenal dengan keragaman budayanya yang merupakan warisan takbenda. Aceh adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau sumatera.

Aceh memiliki banyak jenis tarian yang tersebar di setiap daerah. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam dan syariat Islam merupakan hukum positif di daerah khusus.

Apa saja tarian tradisional Aceh yang populer, simak uraiannya berikut ini:

1. Tari Saman



Salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, agama, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.

Tari Saman merupakan warisan budaya takbenda dan telah ditetapkan oleh UNESCO.

2. Tari Laweut

Awalnya tarian ini berasal dari Kabupaten Pidie. Seiring dengan perkembangan zaman tarian ini mulai menyebar luas ke seluruh Provinsi Aceh.

Biasa disebut dengan tari seudati inong karena jika dilihat dari gerak, pola, teknik dan proses tari ini mirip dengan tari seudati.

Tari laweut dan tari seudati sama-sama dimainkan oleh satu penyanyi dan delapan penari. Musik dan nyanyian memimpin dimulainya tarian ini.

Dalam bahasa Arab kata lawuet berarti selawat yang merupakan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW.

Sebelum menjadi nama Tari Lawuet, tarian ini dikenal dengan nama Tari Akoon (Seudati Inong).

3. Tari Rapa'i Geurimpheng



Tarian ini cukup berkembang di masyarakat pesisir timur Aceh. Berawal dari alat musik yang masuk ke Aceh yaitu Rapa'i yang diperkenalkan oleh Syekh Rifa'i dari Bagdad sebagai media dakwah dan hiburan Islam.

Masyarakat Aceh sangat menyukai alat musik rapa'i, sehingga dibuatlah Tari Rapa'i yang diambil dari nama Rifa'i. Sedangkan kata Geurimpheng memiliki arti “banyak macam”.

Kemudian kata tersebut diambil dan dijadikan satu menjadi nama Tari Rapa'i Geurimpheng. Namanya juga ilustrasi jika tarian ini memiliki komposisi yang beragam mulai dari gerakan kepala, badan, formasi, syair, hingga pukulan rapa'i.

Tarian ini dimainkan oleh 8-12 orang. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah tentang ajaran Islam, dakwah serta nilai-nilai tasawuf yang tersebar di masyarakat Aceh.

Setelah menjadi tarian yang hampir punah, maka pada tahun 2017 dilakukan revitalisasi yang bertujuan agar tarian ini kembali mendapatkan antusias dari masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya pada tahun 2017 Tari Rapa'i Geumripheng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTB Indonesia).

4. Tari Likok Pulo

Cukup berkembang di masyarakat Aceh khususnya masyarakat Pulo. Dalam tarian ini menyandingkan unsur-unsur nilai ajaran agama Islam.


Yang jelas, tarian ini berasal dari Pulo Aceh, di Pulau Padi, bagian selatan Desa Ulee Paya, Kecamatan Peuka Bada, Kabupaten Aceh Besar.

Diyakini oleh masyarakat setempat, tari likok pulo diperkenalkan melalui seorang ulama Arab bernama Syekh Ahmad Badron yang terdampar di Pulo Aceh.

Melihat minat dan semangat masyarakat Aceh terhadap permainan musik Rapa'i, situasi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Syekh untuk berdakwah.

Setelah memperhatikan kondisi saat memainkan alat musik yang penuh dengan likor (gerakan yang bergoyang dengan posisi duduk) akhirnya disebut juga gerakan tersebut sebagai Tari Likok dan karena berasal dari Pulo Aceh, kemudian dinamakan tarian tersebut menjadi Tari Likok. Tari Pulo Aceh.

Tarian ini memiliki lambang gotong royong, kearifan budi pekerti, gotong royong, masyarakat yang kokoh dan nilai ajaran agama islam.

5. Tari Lapuan Ranup



Tarian yang biasa dilakukan untuk memberi penghormatan kepada tamu. Dalam bahasa Aceh, Ranup Lapuan berarti dimuliakan.

Sesuai dengan tradisi adat tarian ini juga dipersembahkan kepada orang-orang yang dimuliakan seperti pejabat kerajaan, jika saat ini biasa disebut dengan pejabat.

Tarian ini diciptakan berdasarkan adat istiadat yang telah lama tertanam dan berkembang di Aceh, khususnya dalam adat menerima dan menghormati tamu.

Tamu biasanya diterima dengan sangat hormat, serta mendapatkan suguhan sirih. Hal ini terlihat dari simbolik gerakan tari para penari, peralatan tari, dan sirih yang diberikan sebagai suguhan kepada para tamu.

Gerakan tarinya terlihat tertib dan lembut melambangkan sebagai ungkapan kekhidmatan mengundang tamu untuk duduk, sedangkan sirih melambangkan persaudaraan. Tarian ini dimainkan oleh 7-9 penari remaja.

Tarian ini diiringi musik modern dari band dan okestra, selain itu juga bisa menggunakan alat musik tradisional seperti serune kangkung dan geundrang.

Jadi tarian ini dikategorikan sebagai tarian tradisional atau tarian upacara. Tarian ini diciptakan pada tahun 1962 oleh penata tari Yuslizar dengan kelompok tari pocut baren, dan pengasuhnya, Ny. Hamid HS., Ibu AK. Abdullah, Ali Hayimi, Ibu T. Ismail, Ibu Sugono, dan lain-lain.

Itulah lima tarian tradisional Aceh yang sebagian besar telah ditetapkan sebagai budaya takbenda Indonesia 

sumber : https://aceh.inews.id/berita/5-tari-tradisional-aceh-yang-populer

Maverick Unemployed, but i am happy

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel